Kalau diibaratkan manusia, mungkin sekarang 2016 sedang loyo-loyonya menatap langit-langit kamar karena hidupnya tinggal hitungan hari. Tapi harusnya dia bahagia. Karena 2016, dimulailah titik balik segala cerita kekampusanku. Kalau 2016 adalah manusia, aku cuman pingin bilang 1 frasa 2 kata:
TERIMA KASIH!

Aku masih ingat betapa kehidupan anak kuliahan Sastra yang nggak begitu digiring ketat kesustraannya oleh dunia kampus, itu persis dengan isi ciki gede mahal minimarket: ANGIN, BROOOH

Duh.
Menyedihkan.

Sampai akhirnya kami, si percil-percil kelas Sastra Inggris A 2013 Unesa yang bermodal ilmu nekatiniyah binti pedekifayah bersatu membentuk tim bersebut Tintaksara. Tintaksara inilah yang kami jadikan batu. Batu loncatan lhoya, batu loncatan. Nggak ada yang bilang batu akik (tampar)

Kalau akun-akun tukang ndagel sering bikin meme tentang kehidupan darah muda masa kini dengan: kumpul-makan-selfie-selfie-makan-kumpul, gitu terus sampe Limbat bisa ngomong. Tapi kami Tintaksara jauh dari itu semua. Kami kumpul-bahas projek-bikin cerpen-kumpul-revisi-bikin cerpen-bikin cerpen-kumpul-revisi


Inilah alasan terbesarku kenapa kata TERIMA KASIH capslock banget kepada 2016 (sisipkan emot haru di sini)

Betapa kami berhasil memukul gong hasil dari kumpulan cerpen kami ini dengan menamainya buku antologi cerpen fiksi, Lorong Aksara dan ...

NAIK CETAK

Cak-cek-cak-cek, survei sana-sani, teleponin, wasapin, berbagai percetakan yang punya aura (halah aura) bagus udah didata dan tetep jodoh nggak ke mana. Bersyukurnya berhasil ditemuin sama yang namanya

Mana deket banget lagi dari tempatku hidup. Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakaaan?

Berawal dari Whatsapp turun ke hati
Meluncurlah besoknya aku ke lokasi store dan ... uhh so kyooot! Cute banget mah tempatnya. Cozy gitu, adem, pokoknya langsung nghh di ati.
Dari tempat: checked 

Foto: instagram.com/kertasputihsby
Dari segi pelayanan: checked juga 
Karena ada sang manajer Mas Randy yang betah banget dengerin kecerewetanku haha. Dibantuin gimana bagusnya ukurannya, gimana bagusnya jenis kertasnya, cover, layout, blah and blah and blah

Dari segi deadline: makin checked 
Ini bagian yang paling krusial. Kesalahan terletak padaku, kesempurnaan hanya milik Tuhan. Kami juga yang salah sih. Karena matok deadline udah benar-benar mrepet "dead". Untung ya Tuhan kesabaran Mas Manajer seluas kolam Unesa. Kalau enggak, nyampe parkiran udah disawat kerikil kalik.

Deadline pun tiba dan ...


AHHH AKU MEMELUK BUKU TINTAKSARA PERTAMA
Tuh kan tuh kan. Masih berasa degdegannya waktu Mas Randy ngechat, "Bukumu sudah jadi."

Kalau kalian sering megangin buku-buku di toko buku major, udah deh. Percaya aku. Kualitas buku keluaran Kertas Putih bisa dibilang di atas itu. Apalagi saran dari Mas Randy untuk jadiin covernya laminasi matte itu nggak pernah salah.

Benar kata dosen kesayanganku, "Manusia hidup itu paling tidak melahirkan satu buku." Dan sejak awal aku yakin kalau semua orang bisa melakukan itu. Bila sudah yakin membuat buku itu mudah, selanjutnya harus membuat buku itu memiliki kelas. Mungkin tanpa Kertas Putih, "kelas" itu tidak akan pernah kami raih

Aku terharu. Ini aku masih terharu.


Warna biru muda, begitu cerah, ceria.
Kata "lorong" yang dimaksudkan ini bermakna jalan pertama kami, ini lorong kami untuk mencetak buku-buku selanjutnya. Di tahun berikutnya.

Mencetak buku baru di 2017 yang masih putih di Kertas Putih ... lagi.

Surabaya, 28 Desember 2016
Ins
Bagian keluarga Tintaksara

Post a Comment:

Kind words come from kind heart