"+UCHA LEFT THE GROUP" Satu kalimat yang bikin mataku riyep-kriyep jadi melek seketika saat Whatsapp clentang-clentung menggerusuhi pagiku. Tadi. Hari ini. 9 Desember 2018.

Begitulah aku menamai nomor tri-ku sendiri: +ucha

Tepat 2 bulan sudah aku menonaktifkan akun Whatsapp-ku dengan nomor itu.

Ah, ok. Lebih tepatnya 2 bulan lebih 1 hari.

Kaget bukan kepalang saat sejentik pun aku tidak ngutak-ngatik nomor Tri-ku itu.

Hangus? Tentu tidak. Setiap bulannya aku paketan internet dengan nomor itu dan menelepon juga pakai pulsa di nomor itu.

Apakah akun Whatsapp-ku terhapus auto?

Biarlah Tuhan dan Mark Zuckerberg yang menjawab.

Yang jelas, hingga detik ini, aku masih belum 'berani' mengaktifkan nomor itu di Whatsapp.

2 bulan lalu, 8 Oktober ...

Tepat 1 bulan menuju ulang tahunku ke-24.

Entah mitos entah bagaimana, aku selalu bilang,

"Aku benci ulang tahun, sesuatu yang buruk selalu terjadi menjelang, saat, setelah hari itu."

SE. BEN. CI. ITU.

Benar saja.

Bum.

Beberapa hari sebelum 8 Oktober, aku tertimpa kesuraman tiada tara. Semacam godam megabesar yang menghantam punggungku.

Semenjak hari itu ... semenjak hari itu ...

Aku bersumpah kepada diriku sendiri untuk


BERHENTI BERHARAP PADA MANUSIA


Aku sudah tidak tahu mau apa lagi.
Aku tidak ingin apa-apa lagi.

Mengingat akun Whatsapp Tri semacam jembatan bagi khalayak untuk menghubungiku, aku pun blarr ....

Mematikannya.

Bukan dihapus permanen, bukan.

Aku hanya mau rehat dari segala perbincangan. Aku hanya mau rehat dari hubungan orang-orang. Aku matikan akunku, selesai.

Mulai detik itu yang aktif hanya akun Whatsapp dengan nomor AS khusus kantor. Aku rahasiakan dari siapa pun agar tidak terbaur.

Lalu ada Line, yang cuman diketahui segelintir manusia yang memang aku ingin hubungi.

Namun Instagram? Facebook?

Ah, sial. Judul divisiku adalah "Social Media Officer".

Akulah admin di balik beberapa akun-akun Instagram, akulah yang harus mengaktifkan kembali akun Facebook-ku setelah sekian lama hibernasi. Akulah akulah akulah yang tetek bengek dunia maya.

Resikonya? Saat aku selelah ini, aku tidak bisa istirahat total.

Sedih, tapi ya bagaimana~

Kalau ditanya sehari-hariku apa yang kulakukan, orang rumah pasti jawab:

Ucha ya ngebo mulu di dalam kamar keluar kalau pipis makan eek. Udah.

Pasti itu jawabannya.

Di dalam rumah pun aku antisocial. Separah itu.

Segala-galanya aku kerjakan di kamar dan pantang keluar

Agaknya ini jadi dilema. Aku ingin berbagi ke sesama manusia tapi kulelah dengan manusia

Agaknya ini jadi penguat. Bahwa wajib untuk


Berhenti berharap pada manusia


Aku. Social media officer antisocial

Foto: Rodion Kutsaev Unsplash

Post a Comment:

Kind words come from kind heart