Sembuh dari Luka Penjara ... Berapa Lama?

Untuk kamu yang sedang dirundung kenyataan pahit orang terdekat ada tetapi tiada. Untuk kamu yang menatap mata-mata nanar di setiap pekannya. Untuk kamu yang menghina dirimu sendiri seharusnya tragedi ini tak perlu terjadi. Untuk kamu yang makan apa saja hambar berbulan-bulan. Untuk kamu yang menggoblokkan otak namun tak mengubah banyak. Untuk kamu yang merasa over-reacting namun sebenarnya tidak juga. Untuk kamu yang ingin melakukan lebih namun segalanya tertatih-tatih. Untuk kamu untuk kamu untuk kamu ....

Yang menatap kosong seseorang di dalam penjara.

Untuk kamu ...

Yang orang terdekat dijebloskan ke penjara.

Untuk kamu ...

Hai ... kita sama.

Pic: Denis Oliveira Unsplash




Samar-samar di ingatanku kejadian 1 tahun 5 bulan lalu itu. Kuangkat telepon dari teman yang kabar darinya aku tunggu-tunggu. Kabar darinya. Bukan kabar tentangnya. Lantaran teman satu itu juga sama sepertiku, gusar. Menanti kabar tentang seorang teman yang sama.

Sore itu, aku duduk di bangku kerjaku seperti biasa. Otak kanan berpikir mau membuat konten apa lagi tetapi otak belakang teng-teng ke mana temanku satu ini. Sepekan tiada kabar. Mamanya bingung ke kami, kami bingung ke siapa.

Singkat cerita, kabar dari balik telepon adalah

"Dia ditangkap polisi, Ins. Sekarang masih di polres."

Hancur? Oh, tentu saja tidak.

Istilahnya, "I'm upset, yet not surprised."

I was upset. Really upset. Really really really upset. Miserable, pathetic, stressed. Yet? Not surprised. I knew since the very beginning it would happen. And see? It's happened. I'm not forecaster, of course. It's merely logic.

You set fire? Be ready to get burned. Simple.

And, she set fire. Out of my control.

Satu-satunya hal yang aku kagetkan adalah duduk perkara kenapa dia dipenjara: Menjual ganja.

Oh, God. I never expected it. What I knew she used it. But no, I too underrated her. She sold. And yes, it's out of my control.

Tapi kan postingan ini dibuat bukan difokuskan pada KENAPA dan BAGAIMANA ceritanya. Postingan ini dibuat untuk ayo kita sembuh sama-sama. Itu lama, memang. Namun itu juga sebentar. Tak sampai sepersepuluh dari jatah hidupmu. Cukup enam bulan. Itu pun karena aku saja yang goblok. Tak menenangkan diri dengan berbagai bacaan

Maka, di sini kamu sudah menemukan manusia senasib-sepenanggungan.

Berhenti berlama-lama. Karena energi dikumpulkan sungguh susahnya. Berhenti habiskan energi.

Sedihlah. Sesedih-sedihnya. Menangislah. Sekeras-kerasnya. Marahlah. Semarah-marahnya. Lalu sudah. Lanjutkan sapaanmu seperti biasa. Berikan dukunganmu dan tak perlu mengingat-ingat bahwa selama ini dukunganmu disia-siakan. Lalu sudah. Lanjutkan semua seperti biasa. Menjadi teman baik seperti sediakala.

Yang menyakitkan memang saat tahu semua ini terjadi padahal kamu sudah bersuara lantang jangan sampai semua ini terjadi.

Yang menyakitkan berikutnya saat kamu tahu dia masih bernapas tetapi sama saja tak bertemu. Bisa, bertemu. Tetapi sebegitu susahnya.

Yang menyakitkan setelahnya saat kamu bertemu, tetapi kalian tidak bisa ke mana pun yang kalian mau.

Kalau kamu merasa di dua bulan pertama lukamu sudah sembuh? Oh, tunggu. Tentu tidak semudah itu.

Enak saja sedihmu mudah berlalu. Ingat ikrar alam kepada kita: Dunia itu kejam.

Sampai kamu mendengarkan ketukan palu dari hakim kalau orang terdekatmu itu ... dibui duabelas tahun. Aku ulang, duabelas tahun.

Saat ini umurku 24. Itu artinya separo hidupku dia baru keluar. Itu pun entah aku hidup entah tidak.

Well, well, di sini kamu mau terpuruk? Terlambat. Lanjutkan saja hidup tegarmu. Mau marah? Kan sudah.

Sekali lagi, hiduplah seperti biasa ....

Sembuh dari luka penjara, berapa lama?

Aku ingatkan: Lama.

Post a Comment:

Kind words come from kind heart